Duo Kribo
Bel tanda masuk telah berbunyi.
Semua murid dari kelas 7 sampai 8 masuk kelas masing-masing. Ada pemandangan
yang berbeda dikelas 84. Kelas yang biasanya ramai seusai masuk itu hening.
Sepi. Tidak ada suara dikelas itu. Semua murid terdiam,sibuk menyalin pr yang
belum selesai dikerjakan.
“Alpen? Rambut lo kenapa?
Kenapa jadi ngembang gitu? Haha,”
cetus salah seorang siswa laki-laki,Danola. Omongannya membuat siswa lain yang
sedang sibuk menyalin pr,seketika langsung berhenti menyalin tugasnya dan
mengarahkan pandangannya kea rah gadis yang sedang berdiri dekat pintu kelas.
“Rambut model baru tuh?
Asli,lo lucu banget kalo gaya rambut lo kayak gitu,ngakak.” Kata Danola lagi
yang membuat seluruh siswa tertawa.
Gadis yang bernama Alpen
itu menatap Danola dengan tatapan yang kesal dan benci. Alpen berjalan kearah tempat
duduknya di belakang.
“Ceritaiin sama gue coba
,Pen. Kenapa rambut lo bisa kayak gitu,ajarin gue bisa kali.Hahaha” Kata Danola.
Kalimatnya membuat seluruh siswa semakin tertawa terbahak-bahak menatap Alpen.
“Diammmmm! Apa menurut
kalian ini lucu? Hah? Gue terpaksa pake rambut kayak gini karena tuntutan
penyakit gue!” Tegas Alpen
“Sakit?”
“Lo sakit apa Pen?”
“Kenapa gak pernah cerita?”
“Itu beneran rambut asli
lo?”
“Gue baru tau lo punya
penyakit,”
“Alpen,gws ya…..”
Kalimat itu muncul dari mulut teman-temannya. Alpen tidak
menjawabnya,dia hanya diam. Tibatiba guru matpel TIK masuk ke kelas dan
bertanya kepada Alpen,
“Alpen? Ada apa dengan
rambutmu?”
“Ram……ram…..rambut saya……rambut
saya sering rontok,Bu. Ini semua terjadi karena penyakit kerontokan rambut
saya. Makanya saya terpaksa memakai wig ini,”
“Jadi,itu bukan rambutmu?”
“Bukan Bu. Sebenarnya,rambut
saya masih ada,tapi hanya sedikit. Dan itu membuat saya tidak percaya diri.
Makanya Mama saya menyuruh saya memakai ini. Awalnya,saya ragu. Tapi mau
bagaimana lagi? Saya tidak mungkin menggunakan kerudung. Saya bukan seorang
muslim,”
“Alpen,Ibu rasa ini bukan
masalah,jadi kamu tidak perlu ragu. Kalau ini memang satu-satunya cara yang
harus kamu lakukan,lakukan saja. Ibu harap,penyakit kamu cepat hilang dan
rambutmu akan tumbuh lagi.”
“Terimakasih,Bu.”
Bel berbunyi 2kali,artinya
waktunya istirahat!
“Pen,sebenernya lo punya
penyakit apa sih? Kenapa lo bisa sampe kayak gini? Dan,kenapa lo ga pernah
cerita?” Tanya Tania,teman sebangkunya.
“Hahaha,sorry gue baru
bisa kasih tau lo sekarang. Rambut gue emang rontoknya udah bener-bener parah.”
“Lo sakit apa sih?”
“Androgenetic alopecia.”
“Apa itu?”
“Penyakit kerontokan rambut. Biasanya factor
keturunan. Dulu,nyokap gue pernah ngalamin hal kayak gini. Tapi sekarang,nyokap
gue sembuh. Yang gue heran,nyokap gue bilang,penyakit gue ini lebih parah
daripada penyakit nyokap gue. Gue takut. Gue takut kalo suatu saat gue gak
punya rambut. Pasti gak bakalan ada orang yang tertarik sama gue.”
“Tuhan pasti adil kok. Lo pasti bakalan
sembuh. Kalo nyokap lo bisa sembuh,kenapa lo engga? Lo pasti bisa kok,”
“Hahaha thanks ya Tan,udah nyemangatin
gue,”
Saat Alpen dan Tania sedang ngobrol,tibatiba
Danola datang menghampiri Alpen dan Tania.
“Wig-nya beli dimana? Gue mau beli
dong. Siapa tau nanti gue dapet predikat cowok dengan rambut terkocak di
sekolah. HAHAHAHAH,” ledek Danola.
“Ohiya,harganya mahal ga? Gue tertarik
nih sama rambut lo. Tertarik banget Pen. Ganyangka kalo rambut panjang lo
bakalan hilang garagara penyakit lo. Hahaha,” lanjutnya.
“Masih belom puas ngeledekin gue? Hah?
Lo seneng gue kesekolah dengan gaya rambut kayak gini dan diketawaiin sama
temen-temen sekelas? Lo pikir gue mau ada diposisi kayak gini? Hah?” kata Alpen
sambil bangun dari kursinya.
“Yaelah,Cuma becanda doing kali. Gausah
dibawa emosi. Eh tapi tbh gue suka rambut lo yang sekarang hahaha,” kata Danola
sambil pergi keluar kelas.
Alpen hanya diam dan menatap Danola
penuh kebencian.
Hari demi hari dilewati Alpen. Lama kelamaan,dia
terbiasa tampil dengan rambut kribonya. Danola masih sering meledek Alpen.
Tapi,lama-lama Alpen tampil malah percaya diri sekali dan malah mendiamkan
ejekan dan ledekan Danola.
Hari Rabu,ada yang tidak biasa.
Biasanya Alpen mendengar ocehan dan celotehan ledekan yang keluar dari mulut
Danola. Tapi sekarang malah sepi,sepi sekali. Sampai bel jam masuk pun,Alpen
malah tidak melihat Danola berada dikelas.
Beberapa hari kemudian, Danola tidak
masuk sekolah. Sudah lebih dari seminggu. Dipapan absen tercantum bahwa Danola
sakit. Tapi,teman temannya tidak tahu Danola sakit apa.
Bu Anis,wali kelas 84 tibatiba saja
masuk ke kelas. Padahal,hari ini tidak ada jam pelajaran yang diajarkan Bu
Anis. Semua siswa pun saling menatap dan bertanya satu sama lain. Ada apa? Atau
ada murid yang sakit?
“Anak-anak,Ibu punya kabar yang tidak
mengenakkan untuk kalian. Ibu harap,kalian tidak kaget dan tidak meledeknya
jika kalian tahu berita ini.” Kata Bu Anis.
“Danola,teman kita,baru saja di
kemoterapi karena penyakit kankernya. Karena kemoterapi itulah dia harus
kehilangan rambutnya. Itulah sebabnya hari ini Danola akan menggunakan wig.
Jadi,tolong jangan di tertawakan atau di ledek. Danola,silahkan masuk kelas!”
lanjut Bu Anis.
Danola masuk ke kelas dengan rambut
yang menggunakan wig Kribo. Alpen pun,tersenyum melihat Danola.
“Ciye,rambut kita samaan nih ye.
Ahahahah,” ledek Alpen
“Sekarang gak ada ledek-ledekan lagi
dong,” kata Tania
“Rambut kalian bisa samaan gitu ya,”
sahut siswa yang lain.
“Mendingan kalian bikin duo kribo aja,”
“Duo kribo?”
“Alpen dan Danola duo kribo 84 hahaha,”
Semua murid tertawa bersama menatap
Alpen dan Danola yang kini sama-sama mempunyai rambut kribo.
0 komentar:
Posting Komentar