Haiiii. Lama ga ngeposting nih huahahahahaa. Soalnya baru sempet nulis lagi sekarang xD Lagian sekarang juga udah ada bahan topik yang akan gue tulis kali ini dalam blog gue. Yap! Tentang roleplayer lagi. Roleplayer story. But,ini bukan kisah gue. Tapi kisah seorang rp Kris // @woeffan. Menurut gue kisah ini bagus banget. Apalagi rp Kris ini nyeritaiinnya kayak lagi bikin novel-_-langsung aja yeaaa,cekidooooottt!
Gua mau cerita nih, maaf kalo
kepanjangan dan komplek. Cerita gua setahun lalu, sama akun Yoo Ara yang gua
temui di TL secara random.Kita ‘bertemu’ dan berkenalan layaknya
rp lain pada umumnya. Yang gua tangkep dia cewek yang baik, cerdas, hangat, dan
berwawasan.Ara anak yang cukup seru dan elegan.
Dia juga selalu punya topik untuk diperbincangkan. Pertemanan kami tidak pernah
sepi.Akhirnya kita jadian. Gua bukan tipe
orang yang romantis, begitu-pun Ara. Pasca jadian pun kita tidak ‘bersandiwara’
dengan sok mesra di -TL agar semua mata mengira kita adalah couple yang serasi.
Hubungan ini benar-benar apa adanya.
Tidak sengaja dimaniskan untuk membuat kesan cinta. Yang seperti ini yg membuat
gua nyaman sama dia.
Satu hari,kalo boleh jujur gua memang
lagi sibuk mempersiapkan ospek universitas gua yang tinggal bentar lagi. Dari
sinilah awal kebodohan gua
Gua sama sekali nggak memberi kabar
sama Ara. Gua sama sekali nggak ada kontak dengan dunia RP sekitar 1 minggu.Di malam terakhir minggu ospek, sahabat
RP gua-sebut saja Sulli-nelpon gua. Dia bilang Ara online lewat akun rp gua. FYI, gua&Ara pernah bercanda2an
sampe tukeran password dengan catatan cuma buat tau aja tanpa harus main
hack-hack an kaya anak kecil. Kontan gua tersulut emosi. Gua bukan
tipe orang yang terima-terima aja ketika privasi gua diobrak abrik. Secepat
kilat gua buka akun rp gua. Gua baca satu satu tweet yang dipost
oleh Ara lewat akun gua. Intinya dia kangen gua dan khawatir kenapa gua nggak
ngasih kabar. Tanpa pikir panjang gua lgsg dm ke akun
Ara. Gua tumpahkan kekesalan gua. Gua udah naik darah. Ara udah keterlaluan,
pikir gua waktu itu.
Gua ga mikir dua kali untuk marah wkt
itu. Bahkan gua sampe berkata kasar, kata2 yang seharusnya nggak ditujukan
untuk seorang wanita. Gua tau disaat yang sama Ara DM minta
maaf, tapi gua kalap. Dan pada akhirnya gua memutuskan mengakhiri percakapan
scr sepihak. Gua bener-bener kaya kesurupan. Yang
ada di dalam pikiran gua waktu itu adalah bagaimana Ara bisa dewasa dan dapat
pelajaran.Beberapa hari gua larut dalam selebrasi
penyambutan mahasiswa baru universitas gua. Sejenak gua lupa dengan dunia RP
dan Ara. Satu malam, gua akhirnya membuka akun
rp. Penuh dengan mention yang nggak gua baca. Apa dari Ara? Dan ya. Hampir semua dari Ara .Intinya
dia minta maaf sebesar2nya atas kebodohannya. Dan dia pamit leave untuk menebus
kesalahannya itu. Gua diem. Mendadak tangan gua jadi
dingin. Sesegera mungkin gua cek akunnya, dan ternyata dia benar-benar leave.
Dia hilang. Jadi ini pure kebodohan gua. Gua udah
membuat hati Ara sakit. Gua langsung terbayang2 kata2 kasar yang gua lontarkan
wkt itu. Gua jahat. Pada akhirnya gua menyesal. Gua telah
melepas wanita sebaik Ara. Bahkan di waktu yang sama gua hampir nangis. Cowok keras macam gua hampir nangis.
Nangis karena kesalahan terhadap wanita yang bahkan sampe saat ini gua nggak
tau identitasnya, Intinya, nggak perlu lah kalian cowok
kasar sama seorang cewek. Biar gimanapun hati seorang cewek nggak akan pernah
setebal hati cowok. Dan untuk Ara. Dimanapun berada. Gua
kangen lo. Kangen cerita lo. Kangen lo panggil gua ‘kampret’. Kangen semuanya.
Maafin gua. Maafin gua.
Beberapa bulan
sejak gua kehilangan Ara, gua gak pernah mau PDKT sama rp siapapun. Sulli
sempet celoteh, “lo mau sampe kapan kaya gini, edan!”
Aneh juga, sih. Kehilangan Ara membuat gua menutup diri
dari yeoja-yeoja lain yang sebenarnya mungkin lebih baik. Tapi gua nggak siap.Satu hari gua
iseng ikut WGL. Gua pasang “bias: Yoo Ara” . Gua beneran gila, barangkali.
Berharap Ara masih ada di sana untuk maafin gua. Gua berkali2
ikut WGL dan berkali2 pula nggak memilih siapapun. Sampai akhirnya gua
menemukan satu akun Sulli yang meretweet post wgl gua. You should
know bahwa dia ternyata temen gua Sulli-yang-daritadi-nongol-di-cerita-gua.
“Lo ngapain
retweet WGL gua,” ujar gua ketus. “Lo kayak orang gila sih, Ara mulu, Ara
mulu.” Udah 2 bulan
berlalu gua semakin dekat sama Sulli. PDKT 3 hari dari WGL tidak ada artinya
lagi. Kita banyak bertukar pikiran.
Dia punya
kucing, gua juga. Dia naik motor, gua juga. Dia suka komik, gua juga. Kesamaan
ini gua rasa bukan satu kebetulan. Gua nggak mau
hal yang sama terjadi 2 kali. Gua nggak mau nantinya ketika gua couplean
kemudian putus, hubungan kita tidak akan sedekat ini. Gua menikmati
hubungan ini. Hubungan yang tanpa status. Gua terjebak dalam yang namanya
friendzone.
Suatu ketika
Sulli bilang, “lo masih inget Ara?”. Gua jawab, “dikit. Oh iya lo daridulu
jomblo, nggak aus?”. Gua sedikit bercanda. Nggak ada
jawaban. Tiba-tiba Sulli bilang ke gua untuk cek soundcloudnya. Sulli memang
biasa upload cover lagu dengan soundcloud. Gua mendengar
post terbarunya. Tidak ada musik seperti biasanya. Suara lirih Sulli terdengar
samar-samar. Suara yang biasa gua dengar. “Seandainya
lo tau kalo diluar sana ada orng yng memikirkan lo lebih, seandainya lo tau
orng terdekat lo ada yng memperhatikan lo lebih.” Gua tercekat.
Jelas itu buat gua. Gua jadi ngerasa bersalah selama ini mengagung-agungkan Ara
di depan Sulli yang diam2 memikirkan gua. Gua tiba2
tergerak untuk membuat akun soundcloud dan pada akhirnya gua merekam suara gua
dan menyuruh Sulli untuk mendengarnya. “Gua nggak
mau hubungan kita malah renggang kalo kita nantinya jadian dan putus. Gua
nyaman kita yang seperti ini. Maafin gua”.
“Beruntung ya
si Ara. Dipikirin orang terus sampe sekarang,” Sulli membalas dengan DM. “Maafin gua
Sull. Gua nggak maksud gantungin lo. Tapi ya…” belum sempat gua send DM gua,
gua kehabisan kata-kata untuk menjelaskan.
Tiba2 Sulli
menambahi “seenggaknya kita sama. Sama-sama memikirkan orang yang nggak mikirin
kita.” Di sini gua
belajar untuk tidak berlarut-larut dengan sesuatu yang sudah terjadi. Di luar
sana banyak yang menunggu.
Tapi kalo
cuma demi status, mending nggak usah jadian. Ketika lo nyaman sama hubungan lo
sakarang-walau tanpa status-, lanjutkanlah. Sulli sampai
sekarang masih jadi slh satu sahabat terbaik gua, meski sekarang dia udah deact
dan fokus untuk kuliahnya di Kuala Lumpur.
Whoaaaaa,ceritanya lumayan sad lah. Gimmana menurut kalian para pembaca? Oiya,thanks buat yang udah mau baca ceritanya. Makasi juga buat @woeffan yang ngijinin ceritanya gue posting di blog gue ^^
0 komentar:
Posting Komentar